Keutamaan Islam Dan Keindahannya




KEUTAMAAN ISLAM DAN KEINDAHANNYA
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas


Islam adalah agama yang memiliki banyak keutamaan yang agung dan membuahkan hal-hal yang terpuji dan hasil-hasil yang mulia. Di antara keutamaan dan keindahan Islam adalah:

1. Islam menghapus seluruh dosa dan kesalahan bagi orang kafir yang masuk Islam.

Dalilnya adalah firman Allah Azza wa Jalla :

قُل لِّلَّذِينَ كَفَرُوا إِن يَنتَهُوا يُغْفَرْ لَهُم مَّا قَدْ سَلَفَ وَإِن يَعُودُوا فَقَدْ مَضَتْ سُنَّتُ الْأَوَّلِينَ

“Katakanlah kepada orang-orang kafir itu, (Abu Sufyan dan kawan-kawannya) ‘Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang telah lalu; dan jika mereka kembali lagi (memerangi Nabi), sungguh akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang terdahulu (dibinasakan).” [Al-Anfaal: 38]

Shahabat ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhu yang menceritakan kisahnya ketika masuk Islam, beliau Radhiyallahu anhu berkata:

...فَلَمَّا جَعَلَ اللهُ اْلإِسْلاَمَ فِى قَلْبِي أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ: ابْسُطْ يَمِيْنَكَ فَـْلأُبَايِعْكَ. فَبَسَطَ يَمِيْنَهُ. قَالَ فَقَبَضْتُ يَدِى قَالَ ((مَا لَكَ يَا عَمْرُو ؟)) قَالَ قُلْتُ: أَرَدْتُ أَنْ أَشْتَرِطَ قَالَ ((تَشْتَرِطُ بِمَاذَا ؟)) قُلْتُ: أَنْ يُغْفَرَلِى. قَالَ ((أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ اْلإِسْلاَمَ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ؟ وَأَنَّ الْهِجْرَةَ تَهْدِمُ مَاكَانَ قَبْلَهَا؟ وَأَنَّ الْحَجَّ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ ؟))

“... Ketika Allah menjadikan Islam dalam hatiku, aku mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan aku berkata, ‘Bentangkanlah tanganmu, aku akan berbai’at kepadamu.’ Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam membentangkan tangan kanannya. Dia (‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhu) berkata, ‘Maka aku tahan tanganku (tidak menjabat tangan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam).’ Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, ‘Ada apa wahai ‘Amr?’ Dia berkata, ‘Aku ingin meminta syarat!’ Maka, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, ‘Apakah syaratmu?’ Maka aku berkata, ‘Agar aku diampuni.’ Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, ‘Apakah engkau belum tahu bahwa sesungguhnya Islam itu menghapus dosa-dosa yang dilakukan sebelumnya, hijrah itu menghapus dosa-dosa sebelumnya, dan haji itu menghapus dosa-dosa sebelumnya?’” [2]

2. Apabila seseorang masuk Islam kemudian baik keIslamannya, maka ia tidak disiksa atas perbuatannya pada waktu dia masih kafir, bahkan Allah Azza wa Jalla akan melipatgandakan pahala amal-amal kebaikan yang pernah dilakukannya. Dalam sebuah hadits dinyatakan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ إِسْلاَمَهُ فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ. وَكُلُّ سَيِّئَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ بِمِثْلِهَا حَتَّى يَلْقَى اللهَ.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Jika baik keIslaman seseorang di antara kalian, maka setiap kebaikan yang dilakukannya akan ditulis sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. Adapun keburukan yang dilakukannya akan ditulis satu kali sampai ia bertemu Allah.” [3]

3. Islam tetap menghimpun amal kebaikan yang pernah dilakukan seseorang baik ketika masih kafir maupun ketika sudah Islam.

عَنْ حَكِيْمِ بْنِ حِزَامٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَرَأَيْتَ أَشْيَاءَ كُنْتُ أَتَحَنَّثَُ بِهَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ مِنْ صَدَقَةٍ أَوْ عَتَاقَةٍ أَو صِلَةِ رَحِمٍ ، فَهَلْ فِيْهَا مِنْ أَجْرٍ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَسْلَمْتَ عَلَى مَا سَلَفَ مِنْ خَيْرٍ.

Dari Hakim bin Hizam Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah engkau memandang perbuatan-perbuatan baik yang aku lakukan sewaktu masa Jahiliyyah seperti shadaqah, membebaskan budak atau silaturahmi tetap mendapat pahala?” Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Engkau telah masuk Islam beserta semua kebaikanmu yang dahulu.” [4]

4. Islam sebagai sebab terhindarnya seseorang dari siksa Neraka.

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ غُلاَمٌ يَهُودِيٌّ يَخْدُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَرِضَ فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُهُ، فَقَعَدَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَقَالَ لَهُ: ((أَسْلِمْ)) فَنَظَرَ إِلَى أَبِيْهِ وَهُوَ عِنْدَهُ فَقَالَ لَهُ: أَطِعْ أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْلَمَ فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُوْلُ: ((الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي أَنْقَذَهُ مِنَ النَّارِ))

Dari Anas Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Ada seorang anak Yahudi yang selalu membantu Nabi Shallallahu 'alaihi was allam, kemudian ia sakit. Maka, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam datang menengoknya, lalu duduk di dekat kepalanya, seraya mengatakan, ‘Masuk Islam-lah!’ Maka anak Yahudi itu melihat ke arah ayahnya yang berada di sampingnya, maka ayahnya berkata, ‘Taatilah Abul Qasim (Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam).’ Maka anak itu akhirnya masuk Islam. Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam keluar seraya mengatakan, ‘Segala puji hanya milik Allah yang telah menyelamatkannya dari siksa Neraka.’” [5]

Dalam hadits lain yang berasal dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

...إِنَّهُ لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلاَّ نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ وَإِنَّ اللهَ لَيُؤَيِّدُ هَذَا الدِّيْنَ بِالرَّجُلِ الْفَاجِرِ.

“...Sesungguhnya tidak akan masuk Surga melainkan jiwa muslim dan sesungguhnya Allah menolong agama ini dengan orang-orang fajir.” [6]

5. Kemenangan, kesuksesan dan kemuliaan terdapat dalam Islam.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْن الْعَاصِ c أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفَافًا، وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ.

Dari Shahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyalahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh telah beruntung orang yang masuk Islam, dan diberi rizki yang cukup dan Allah memberikan sifat qana’ah (merasa cukup) atas rizki yang ia terima.” [7]

‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu berkata, “Kami adalah suatu kaum yang telah dimuliakan oleh Allah Azza wa Jalla dengan Islam, maka bila kami mencari kemuliaan dengan selain cara-cara Islam maka Allah akan menghinakan kami.” [8]

6. Kebaikan seluruhnya terdapat dalam Islam. Tidak ada kebaikan baik di kalangan orang Arab maupun non Arab, melainkan dengan Islam.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

أَيُّمَا أَهْلِ بَيْتٍ مِنَ الْعَرَبِ وَالْعَجَمِ أَرَادَ اللهُ بِهِمْ خَيْرًا، أَدْخَلَ عَلَيْهِمُ اْلإِسْلاَمَ، ثُمَّ تَقَعُ الْفِتَنُ كَأَنَّهَا الظُّلَلُ.

“Setiap penghuni rumah baik dari kalangan orang Arab atau orang Ajam (non Arab), jika Allah menghendaki kepada mereka kebaikan, maka Allah berikan hidayah kepada mereka untuk masuk ke dalam Islam, kemudian akan terjadi fitnah-fitnah seolah-olah seperti naungan awan.” [9]

7. Islam membuahkan berbagai macam kebaikan dan keberkahan di dunia dan akhirat.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ لاَ يَظْلِمُ مُؤْمِنًا حَسَنَةً، يُعْطَى بِهَا فِي الدُّنْيَا وَيُجْزَى بِهَا فِي اْلآخِرَةِ. وَأَمَّا الْكَافِرُ فَيُطْعَمُ بِحَسَنَاتِ مَا عَمِلَ بِهَا لِلَّهِ فِي الدُّنْيَا، حَتَّى إِذَا أَفْضَى إِلَى اْلآخِرَةِ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَةٌ يُجْزَى بِهَا.

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak menzhalimi satu kebaikan pun dari seorang mukmin, diberi dengannya di dunia dan dibalas dengannya di akhirat. Adapun orang kafir diberi makan dengan kebaikan yang dilakukannya karena Allah di dunia sehingga jika tiba akhirat, kebaikannya tersebut tidak akan dibalas.” [10]

8. Suatu amal shalih yang sedikit dapat menjadi amal shalih yang banyak dengan sebab Islam yang shahih, yaitu tauhid dan ikhlas. Beramal sedikit saja namun diberikan ganjaran dengan pahala yang melimpah.

Dalam sebuah hadits dinyatakan:

عَنِ الْبَرَاءَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُولُ: أَتَى النَّبِيَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ مُقَنَّعٌ بِالْحَدِيْدِ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أُقَاتِلُ أَوْ أُسْلِمُ؟ قَالَ أَسْلِمْ ثُمَّ قَاتِلْ، فَأَسْلَمَ ثُمَّ قَاتَلَ فَقُتِلَ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَمِلَ قَلِيْلاً وَأُجِرَ كَثِيْرًا.

Dari al-Bara’ Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Seorang laki-laki yang memakai pakaian besi mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian ia bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah aku boleh ikut perang ataukah aku masuk Islam terlebih dahulu?’ Maka, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, ‘Masuk Islamlah terlebih dahulu, baru kemudian ikut berperang.’ Maka, laki-laki tersebut masuk Islam lalu ikut berperang dan akhirnya terbunuh (dalam peperangan). Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda: ‘Laki-laki tersebut beramal sedikit namun diganjar sangat banyak.’” [11]

9. Islam membuahkan cahaya bagi penganutnya di dunia dan akhirat.
Allah Azza wa Jalla berfirman:

أَفَمَن شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِّن رَّبِّهِ ۚ فَوَيْلٌ لِّلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ

“Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima) agama Islam lalu dia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka, celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” [Az-Zumar: 22]

10. Islam menyuruh kepada setiap kebaikan dan melarang dari setiap keburukan. Tiada satu pun kebaikan, baik yang kecil maupun yang besar, melainkan Islam telah membimbingnya dan menunjukinya, sebaliknya tidak ada satu pun keburukan melainkan Islam telah memperingatkan dan melarangnya.

11. Islam menjaga agama. Islam mengharamkan seseorang murtad (keluar dari agama Islam), bahkan orang yang murtad boleh dibunuh.[12]

12. Islam menjaga jiwa. Allah Azza wa Jalla mengharamkan pembunuhan dan penumpahan darah umat Islam. Islam memelihara jiwa, oleh karena itu Islam mengharamkan pembunuhan secara tidak haq (benar), dan hukuman bagi orang yang membunuh jiwa seseorang secara tidak benar adalah hukuman mati.

Maka dari itu jarang terjadi pembunuhan di negeri yang menerapkan syari’at Islam. Karena apabila seseorang mengetahui bahwa bila ia membunuh seseorang akan dibunuh pula maka ia tidak akan melakukan pembunuhan, karena hal itu masyarakat hidup dengan penuh rasa aman dari kejahatan pembunuhan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Dan dalam qishash itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang yang berakal, agar kamu bertaqwa.” [Al-Baqarah: 179]

13. Islam menjaga akal. Oleh karena itu Islam mengharamkan setiap yang memabukkan seperti khamr (minuman keras), narkoba dan rokok.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr (minuman keras), berjudi, (berkorban untuk) berhala dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan itu) agar kamu beruntung.” [Al-Maa-idah: 90]

Khamr adalah apa-apa yang menutup akal, baik bentuknya basah maupun kering, yang dimakan atau diminum dan setiap yang memabukkan adalah sumber dari segala kejelekan, sarangnya dosa dan pintu setiap kejelekan. Barang-siapa yang tidak menjauhkannya, maka ia telah durhaka kepada Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam dan ia berhak mendapatkan hukuman, siksa, adzab dan diancam dengan masuk Neraka. Nabi Shallallahu 'alaihi wa salalm diutus untuk menghalalkan yang baik-baik dan mengharamkan yang jelek-jelek.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ

“…Dan yang menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan yang mengharamkan bagi mereka segala yang buruk…” [Al-A’raaf: 157]

14. Islam menjaga harta. Oleh karena itu Islam mengajarkan amanah (kejujuran) dan menghargai orang-orang yang amanah, bahkan menjanjikan kehidupan bahagia dan Surga kepada mereka. Islam melarang menipu, korupsi dan mencuri serta mengancam pelakunya dengan hukuman. Islam mensyari’atkan had pencurian, yaitu potong tangan pencuri agar seseorang tidak memberanikan diri mencuri harta orang lain. Dan apabila ia tidak merasa takut akan hukuman di akhirat, maka ia akan jera karena dipotong tangannya. Maka dari itu, masyarakat yang hidup di suatu negeri yang menerapkan syari’at Islam merasa aman terhadap harta kekayaan mereka, bahkan jikalau potong tangan dilaksanakan maka sangat jarang sekali adanya pencuri. Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا جَزَاءً بِمَا كَسَبَا نَكَالًا مِّنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Mahabijaksana.” [Al-Maa-idah: 38]

15. Islam menjaga nasab (keturunan). Allah Azza wa Jalla mengharamkan zina dan segala jalan yang membawa kepada zina. Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” [Al-Israa’: 32]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ ۖ وَلَا تَأْخُذْكُم بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِّنَ الْمُؤْمِنِينَ

“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah masing-masing seorang dari keduanya seratus kali dera dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang beriman.” [An-Nuur: 2]

16. Islam menjaga kehormatan. Allah Azza wa Jalla mengharamkan menuduh orang baik-baik sebagai pezina atau dengan tuduhan-tuduhan lainnya yang merusak kehormatannya.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُم بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (dengan tuduhan berzina), mereka dilaknat di dunia dan akhirat dan bagi mereka adzab yang besar. Pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” [An-Nuur : 23-24]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا

“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” [Al-Ahzaab: 58]

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

...فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ بَيْنَكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِيْ شَهْرِكُمْ هَذَا، فِيْ بَلَدِكُمْ هَذَا، لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ...

“... Sesungguhnya darah kalian, harta benda kalian, kehormatan kalian, haram atas kalian seperti terlarangnya hari ini, bulan ini dan negeri ini, hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir...” [13]

Islam memerintah kepada setiap kebaikan dan melarang dari setiap keburukan. Setiap perintah agama Islam pasti mengandung manfaat dan kebaikan, dan sebaliknya setiap larangan agama Islam pasti mengandung kerugian dan kejelekan. Oleh karena itu setiap perintah dan larangan Islam termasuk di antara keindahannya.

[Disalin dari buku Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan ke 3]
_______
Footnote
[1]. Pembahasan ini diambil dari kitab Nurul Islam wa Zhulumatil Kufri oleh Syaikh Dr. Sa’id bin Wahf al-Qahthani, dan ath-Thariiq ilal Islaam oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd.
[2]. HR. Muslim: Kitabul Iman (no. 121) dari ‘Amr bin al- ‘Ash Radhiyallahu anhu.
[3]. HR. Muslim dalam Kitabul Iman (no. 129) dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.
[4]. HR. Al-Bukhari, Kitab Zakat (no. 1436, 2220, 2538, 5992) dan Muslim dalam Kitabul Iman (no. 123), dari Shahabat Hakim bin Hizam Radhiyallahu anhu.
[5]. HR. Al-Bukhari (no. 1356, 5657) dari Shahabat Anas Radhiyallahu anhu.
[6]. HR. Al-Bukhari, Kitab Jihad (no. 3062) dan Muslim (no. 111), dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu
[7]. HR. Muslim dalam Kitab Zakat (no. 1054) dari Shahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhu
[8]. Riwayat al-Hakim dalam al-Mustadrak (I/62), ia berkata shahih dan disetujui oleh adz-Dzahabi dari Thariq bin Syihab rahimahullah
[9]. HR. Ahmad (III/477), al-Hakim (I/34) dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Silsilah al-Ahaadits ash-Shahiihah (no. 51) dari Shahabat Kurz bin ‘Alqamah al-Khuza’iy Radhiyallahu anhu.
[10]. HR. Muslim (no. 2808 (56)), dari Shahabat Anas bin Malik Radhiyallahu anhu.
[11]. HR. Al-Bukhari dalam Kitab Jihad (no. 2808) dan Muslim dalam Kitab ‘Imarah (no. 1900), lafazh hadits ini milik al-Bukhari, dari Shahabat Bara’ bin ‘Azib Radhiyallahu anhu.
[12]. Yang melaksanakan perkara ini adalah ulil amri (penguasa).
[13]. HR. Al-Bukhari (no. 67; 105; 1741) dan Muslim (no. 1679 (30)), dari Shahabat Abu Bakrah Radhiyallahu anhu.

Pengertian Definisi Akhlak & contoh ahklaq Rosulallah

Pengertian Definisi Akhlak
akhlak adalah sebagai budi pekerti atau kelakuan. Dalam Bahasa Arab kata akhlak (akhlaq) di artikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama. Meskipun kata akhlak berasal dari Bahasa Arab, tetapi kata akhlak tidak terdapat di dalam Al Qur'an. Kebanyakan kata akhlak dijumpai dalam hadis. Satu-satunya kata yang ditemukan semakna akhlak dalam al Qur'an adalah bentuk tunggal, yaitu khuluq, tercantum dalam surat al Qalam ayat 4:

"Wa innaka la'ala khuluqin 'adzim", yang artinya:
Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung.

Sedangkan hadis yang sangat populer menyebut akhlak adalah hadis riwayat Malik, Innama bu'itstu liutammima makarima al akhlagi, yang artinya:
Bahwasanya aku (Muhammad) diutus menjadi Rasul tak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia.

Perjalanan keilmuan selanjutnya kemudian mengenal istilah-istilah adab (tatakrama), etika, moral, karakter disamping kata akhlak itu sendiri, dan masing-masing mempunyai definisi yang berbeda.

Menurut Imam Gazali, akhlak adalah keadaan yang bersifat batin dimana dari sana lahir perbuatan dengan mudah tanpa dipikir dan tanpa dihitung resikonya (al khuluqu haiatun rasikhotun tashduru 'anha al afal bi suhulatin wa yusrin min ghoiri hqjatin act_ fikrin wa ruwiyyatin.
Sedangkan ilmu akhlak adalah ilmu yang berbicara tentang baik dan buruk dari suatu perbuatan. Dari definisi itu maka dapat difahami bahwa istilah 17.

Akhlak adalah netral, artinya ada akhlak yang terpuji (al akhlaq al mahmudah) dan ada akhlak yang tercela (al akhlaq al mazmumah). Ketika berbicara tentang nilai baik buruk maka muncullah persoalan tentang konsep baik buruk. Dari sinilah kemudian terjadi perbedaan konsep antara akhlak dengan etika.

Etika (ethica) juga berbicara tentang baik buruk, tetapi konsep baik buruk dalam ethika bersumber kepada kebudayaan, sementara konsep baik buruk dalam ilmu akhlak bertumpu kepada konsep wahyu, meskipun akal juga mempunyai kontribusi dalam menentukannya.
Dari segi ini maka dalam ethica dikenal ada ethica Barat, ethika Timur dan sebagainya, sementara al akhlaq al karimah tidak mengenal konsep regional, meskipun perbedaan pendapat juga tak dapat dihindarkan. Etika juga sering diartikan sebagai norma-norma kepantasan (etiket), yakni apa yang dalam bahasa Arab disebut adab atau tatakrama.

Sedangkan kata moral meski sering digunakan juga untuk menyebut akhlak, atau etika tetapi tekanannya pada sikap seseorang terhadap nilai, sehingga moral sering dihubungkan dengan kesusilaan atau perilaku susila. Jika etika itu masih ada dalam tataran konsep maka moral sudah ada pada tataran terapan.Melihat akhlak, etika atau moral seseorang, harus dibedakan antara perbuatan yang bersifat temperamental dengan perbuatan yang bersumber dari karakter kepribadiannya.
Temperamen merupakan corak reaksi seseorang terhadap berbagai rangsang yang berasal dari lingkungan dan dari dalam diri sendiri. Temperamen berhubungan erat dengan kondisi biopsikologi seseorang, oleh karena itu sulit untuk berubah. Sedangkan karakter berkaitan erat dengan penilaian baik buruknya tingkahlaku seseorang didasari oleh bermacam-macam tolok ukur yang dianut masyarakat.
Karakter seseorang terbentuk melalui perjalanan hidupnya, oleh karena itu ia bisa berubah.


Tidak diragukan lagi, contoh terbesar adalah memikul Risalah yang dipercayakan Allah kepadanya untuk didakwahkan. Allah menyuruhnya untuk melaksanakan tugas itu. Dan Rasulullah memang meyampaikan Risalah tersebut kepada manusia dengan metode terbaik. Namun baginda juga harusmenanggung risiko besar sebagai konsekuensi menempuh jalan itu.
Kalau Rasulullah saw mendapat harta rampasan perang, baginda akan menyuruh Bilal memanggil para tentera sebanyak tiga kali. Bilal akan segera melakukannya.

Kemudian mereka berkumpul dengam membawa pampasan perang untuk dibahagi sama rata. Setelah itu, datinglah seorang tentera yang hanya membawa sehelai tali dari rambut. Ia berkata:”Ya Rasulullah, inilah yang saya dapatkan dari harta pampasan perang.”

“Apakah kamu mendengar panggilan Bilal sebanyak tiga kali? Tanya Rasulullah saw. ‘Ya”jawabnya. “Apa yang menghalangimu dating kepadaku bersama barang itu?’ Tanya Rasulullah saw. Lelaki itu mengemukakan alasannya. “Saya tidak menerima alasanmu, hingga kamu bersaksi dihadapanku kelakdi hari kiamat” kata Rasulullah saw. (Musnad Ahmad,jilid 11,hlm,201)



Sifat Pemaaf/Kemampuan Membalas Rasulullah SAW

Tidak lekas marah, pemaaf (walaupun dicaci, ditohmah, dimaki dll)

• Adil dalam pembahagian harta rampasan

• Tidak memarahi orang yang cuba membunuhnya malah menasihati pula. Cubaan pembunuhan ini berlaku dalam pelbagai cara, antaranya tikam-curi semasa perang, menghempap batu semasa baginda berjalan dan diberikan racun dalam daging kambing oleh perempuan Yahudi. (Baginda melarang sahabatnya membunuh perempuan berkenaan) Pernah disihir oleh lelaki Yahudi dan atas bantuan Jibril a.s. , sihir berjaya dipulihkan dari sumur Zarwan. Tidak pernah baginda mengungkit kembali perkara berkenaan walaupun di hadapan Yahudi berkenaan.

• Pernah baginda dihunuskan pedang dan ditanya "Siapakah yang mencegah engkau dariku?" dan baginda menjawab "Allah". Maka jatuhlah pedang tersebut dan baginda mengambilnya dan bersabda "Siapakah yang mencegah engkau dariku?" Lelaki itu menjawab "Adalah engkau hendaknya sebaik-baik orang yang mengambil kebajikan" Baginda menjawab "Aku bersaksi bahawa tiada Tuhan Melainkan Allah dan aku adalah Rasulullah" Lelaki itu menjawab "Tidak, hanya aku tidak akan memerangimu. Aku tidak akan bersamamu dan aku tidak akan bersama kaum yang memerangimu"

Lantas Baginda melepaskan lelaki berkenaan dan mendekati sahabat-sahabatnya dan bersabda : "Aku datang kepada kamu dari orang yang terbaik antara manusia"



Kemurahan Hati Rasulullah S.A.W

Sayyidina Ali r.a. berkata : "Adalah Nabi SAW manusia yang bermurah tangan, manusia yang berlapang dada, manusia yang sangat benar pembicaraan, manusia yang sangat menepati janji, manusia yang teramat lemah-lembut kelakuan dan manusia yang sangat memuliakan kekeluargaan. Barangsiapa melihat Nabi SAW dengan tiba-tiba, nescaya takut kepadanya. Dan barangsiapa bercampur-baur dengan Nabi SAW dengan mengenalnya, nescaya mencintainya. Orang yang menyifatkan Nabi SAW berkata : "Tidak pernah aku melihat sebelumnnya dan sesudahnya orang seperti Nabi SAW"

Seorang lelaki telah meminta sesuatu dari baginda dan diberikan seekor kambing dan lelaki itu kemudiannya mengajak semua rakan-rakan dari kaumnya memeluk Islam.
Baginda tidak pernah berkata "tidak" apabila diminta sesuatu. Baginda tidak takut kepada kemiskinan.

Baginda diberikan 90,000 dirham dan dibahagi-bahagikannya sehingga habis.
Pernah baginda diminta sesuatu dan baginda tiada apa-apa tetapi demi memenuhi kehendak si peminta, Baginda SAW menyuruhnya membeli secara berhutang atas nama baginda dan baginda berjanji untuk melunaskannya.



Keberanian Rasulullah S.A.W

Sayyidina Ali r.a. berkata "Sesungguhnya engkau melihat aku pada hari Perang Badar. Kami berlindung dengan Nabi SAW dan baginda yang paling terdekat kepada musuh dari kami. Dan baginda pada hari itu di antara manusia yang sangat perkasa"

‘Imran bin Husain berkata : "Tiada Rasulullah SAW menemui suatu kumpulan tentera, melainkan beliaulah orang yang pertama memukulnya"

Para sahabat berkata bahawa Nabi SAW sangat kuat pukulannya. Tatkala baginda dikepung oleh kamu musyrik, baginda turun dari kudanya lantas berkata "Aku ini Nabi, tidak dusta. Aku ini Putera Abdul Mutalib"

Maka tiada seorangpun yang dilihat pada hari itu yang lebih berani dari Nabi SAW.



Kerendahan diri Rasulullah SAW

Baginda SAW tidak pernah menghampakan jemputan sesiapa jua samada orang sakit, menghantar jenazah atau makan bersama-sama dengan hamba/sahaya. Baginda berpakaian ringkas. Baginda membenci perbuatan orang berdiri hormat apabila baginda lalu.
Baginda suka memberikan salam kepada anak-anak kecil/muda. Seorang lelaki yang gementar melihat wajah baginda terus ditenteramkan oleh baginda dengan bersabda "Permudahkan (urusan) mu, aku bukannya raja. Aku hanya putera, seorang perempuan Quraisy, yang memakan daging kering"

Baginda sentiasa duduk bersama-sama dengan sahabatnya dan tidak pernah membeza-bezakan sesiapapun di antara sahabatnya walaupun baru dikenalinya. Baginda SAW begitu gemar berbual-bual mengenai pelbagai sabjek dari perkara-perkara bersabit akhirat hinggalah dunia. Kadangkala baginda hanya tersenyum apabila para sahabatnya membaca syair atau bergurau tetapi segera melarang jika berlaku perkara-perkara haram.

Adab makan baginda juga jelas menunjukkan rasa kerendahan dirinya. Tidak suka bersandar walaupun pernah disuruh Sayyidina Ali r.a. dan tidak pernah bermeja ketika makan – makan cara hamba/sahaya.



Rasulullah saw apabila di luar

Kata Hassan selanjutnya, "Kemudian aku tanyakan kepada ayahku bagaimanakah keadaan Rasulullah SAW apabila berada di luar. Maka jawabnya, "Rasulullah SAW sentiasa menjaga lidahnya kecuali hanya untuk berbicara seperlunya, apabila berbicara sentiasa berbicara dengan halus (lemah-lembut) dan tidak pernah berbicara dengan kasar terhadap mereka, dan sentiasa memuliakan terhadap orang yang terpandang (berkedudukan) dan memperingatkan orang jangan sampai ada yang bertindak menyinggung perasaannya dan perbuatannya. Kebiasaan Baginda selalu menanyakan keadaan sahabat-sahabatnya, dan Baginda selalu memuji segala sesuatu yang baik dan membenci segala sesuatu yang buruk. Segala urusannya itu dibuatnya sebaik mungkin. Tidak pernah Baginda lalai atau malas, demi menjaga jangan sampai mereka melalaikan dan meremehkan. Segala sesuatu dipersiapkannya terlebih dahulu, dan tidak pernah akan meremehkan (mengecilkan) kebenaran. Orang yang paling terpandang menurut Rasulullah SAW ialah mereka yang paling baik kelakuannya, orang yang paling mulia ialah mereka yang paling banyak bernasihat (memberikan petunjuk) kepada orang lain, dan orang yang paling tinggi sekali kedudukannya ialah orang yang selalu ramah-tamah dan yang paling banyak menolong orang lain.".



Rasulullah saw di tengah para sahabat

Kata Hassan, "Maka aku tanyakan tentang keadaannya apabila Baginda sedang berada di tengah-tengah para sahabatnya. Jawabnya, "Rasulullah SAW sentiasa periang (gembira), budi pekertinya baik, sentiasa ramah-tamah, tidak kasar mahupun bengis terhadap seesorang, tidak suka berteriak-teriak, tidak suka perbuatan yang keji, tidak suka mencaci, dan tidak suka bergurau (olok-olokan), selalu melupakan apa yang tidak disukainya, dan tidak pernah menolak permintaan seseorang yang meminta. Baginda meninggalkan tiga macam perbuatan : Baginda tidak mahu mencela seseorang atau menjelekkannya, dan tidak pernah mencari-cari kesalahan seseorang, dan tidak akan berbicara kecuali yang baik saja (yang berfaedah). Namun apabila Baginda sedang berbicara maka pembicaraannya itu akan membuat orang yang ada di sisinya menjadi tunduk, seolah-olah di atas kepala mereka itu ada burung yang hinggap. Apabila Baginda sedang berbicara maka yang lain diam mendengarkan, namun apabila diam maka yang lain berbicara, tidak ada yang berani di majlisnya untuk merosakkan (memutuskan) pembicaraan Baginda. Baginda sentiasa ikut tersenyum apabila sahabatnya tersenyum (tertawa), dan ikut juga takjub (hairan) apabila mereka itu merasa takjub pada sesuatu, dan Baginda sentiasa bersabar apabila menghadapi seorang baru (asing) yang atau dalam permintaannya sebagaimana sering terjadi. Baginda bersabda, "Apabila kamu melihat ada orang yang berhajat maka tolonglah orang itu, dan Baginda tidak mahu menerima pujian orang lain kecuali dengan sepantasnya, dan Baginda tidak pernah memotong pembicaraan orang lain sampai orang itu sendiri yang berhenti dan berdiri meninggalkannya."



Tawaddhu’

Tawaddhu’ Rasulullah saw hanya menambah kemuliaan serta kecintaan beliau di mata kaum muslimin. Sifat tawaddhu’ Rasulullah s.a.w nampak dalam perbuatan dan sikap baginda secara keseluruhan.

1. Abu Sa’id al-Khudri mengatakan: “Rasulullah s.a.w memberi makan dan memandikan unta, menyapu rumah, memerah susu kambing, menjahit sepatu, menampal baju, makan bersama pelayan, menggiling biji-bijian, membeli sesuatu dari pasar kemudian dibawa sendiri ke rumahnya. Menyalami tangan orang yang kaya, miskin, besar dan kecil. Mengucapkan salam pertama kali kepada orang yang dilihatnya, baik tua atau pun muda, hitam ataupun putih, budak atau merdeka.

2. Rasulullah menunggangi apa sahaja kenderaan yang boleh ditunggangi seperti kuda, unta, baghal atau himar. Baginda pernah juga berjalan tanpa memakai alas kaki.



Musyawwarah

Rasulullah bermusyawwarah dengan para sahabat mengenai semua masalah, kecuali mengenai wahyu. Baginda menerima pendapat para sahabat dan tidak menganggap dirinya sebagai yang paling benar. Saiyidatina Aisyah r.a berkata: “Aku tidak melihat seseorang yang lebih banyak bermusyawwarah selain daripada Rasulullah s.a.w.”



Dermawan

Sifat dermawan Rasulullah s.a.w memang tidak dapat ditandingi.

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, ia berkata, “Rasulullah s.a.w adalah orang yang paling dermawan. Lebih-lebih lagi pada waktu Ramadhan ketika bertemu dengan Jibril. Pada setiap malam Jibril menemui baginda untuk mengajarkan al-Quran. Jibril berkata “Bagi Rasulullah s.a.w kedermawanan lebih baik daripada angin yang sedang berhembus.”

Al-Thabrani meriwayatkan dari al-Rabi binti Ma’wadz bin Afra’ r.a, ia berkata, “Aku diutus oleh Ma’wadz bin Afra’ membawa setakar kurma yang di sampingnya diberi timun muda untuk diberikan kepada Rasulullah s.a.w. Baginda sangat menyukai timun. Pada waktu itu tangan baginda penuh dengan perhiasan Bahrain. Baginda memberi kepadaku perhiasan itu.”



Layanan Tanpa Mengira Darjat Keturunan

Mu’adz berkata, “Suatu kali aku pernah menyertai Rasulullah s.a.w naik di atas himar yang dinamakan ufair. Tiba-tiba ada seorang lelaki berjalan mendatanginya. Rasulullah s.a.w menyuruh orang tersebut naik manakala baginda berjalan di belakang himarnya. Baginda berkata lagi, “Kamu lebih berhak ke atas bahagian ternakmu daripada aku, kecuali kamu menjadikannya untukku.” Orang itu menjawab, “Aku menjadikannya untukmu.”
Jabir berkata, “Dalam satu perjalanan, Rasulullah s.a.w pernah tertinggal di belakang untuk melihat orang yang lemah agar berhimpun dengan teman-temannya yang lain. Baginda menyertai dan memanggil mereka.”



Perlakuan Terhadap Isteri

Jarang sekali para isteri baginda merasa cemburu sebagaimana wanita-wanita lain. Namun ketika rasa cemburu ini mulai menampakkan ketidakwajaran, maka baginda segera meluruskannya dengan didikan yang baik.

Aisyah r.a berkata, “Aku belum pernah melihat orang membuat makanan seperti yang dibuat oleh Shafiyah. Ketika ia sedang berada di rumahku, dia membuat makanan untuk Rasulullah s.a.w. Tiba-tiba badanku bergetar, sehingga menggigil kerana dibakar rasa cemburu. Mangkuk Shafiyah aku pecahkan, tetapi kemudian aku merasa menyesal. Segera ku katakan kepada Rasulullah s.a.w, “Wahai Rasulullah s.a.w, apakah kafarah perbuatanku tadi?” Baginda menjawab, “Mangkuk sama dengan mangkuk, makanan sama dengan makanan. (Riwayat Abu Daud dan Nasa’i).

Baginda selalu memujuk dan menghiburkan hati para isterinya sehingga menjadi jernih tanpa suatu bebanan. Shafiyah bt Huyai bin Khathab berkata, “Sesuatu yang membuatkan aku marah kepada Rasulullah s.a.w adalah terbunuhnya ayah dan suamiku. Namun baginda terus memujuk dan memberi alasan. Hal itu baginda lakukan beberapa kali, sehinggalah semua bebanan perasaan hilang dari diriku.” (Riwayat al-Haithasmy).



Cara Teguran Rasulullah yang Berhikmah

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan daripada Anas, ia berkata, “Ketika kami bersama Rasulullah s.a.w di dalam masjid, datang seseorang dari kampung. Ia berdiri dan kencing di dalam masjid. Para sahabat berkata dengan marah. Rasulullah s.a.w bersabda, “Tidak perlu kamu memotong agar dia berhenti kencing. Biarkan saja dia!”

Maka mereka membiarkan sampai ia selesai kencing. Setelah itu baginda memanggilnya dan bersabda kepada orang dusun itu, “Sesungguhnya masjid-masjid seperti ini tidak layak untuk membuang kencing dan kotoran. Masjid adalah tempat untuk berzikir kepada Allah, mendirikan solat dan membaca al-Quran.” Sesudah itu, baginda menyuruh seseorang mengambil air dengan gayung lalu disiramkannya tempat tersebut.

Kita sajikan contoh seperti ini agar kita tahu seberapa jauh tahap kesedaran berbudaya si kalangan orang arab pada ketika itu. Dalam menghadapi masalah sepeti yang dinyatakan tadi, Rasulullah s.a.w menempatkan dirinya sebagai seorang pendidik. Baginda tidak memotong perbuatan seseorang sebelum ia menyelesaikannya, meskipun pekerjaan itu kurang terpuji.



Merendah Diri di Kalangan Orang Ramai

Allah pernah menegur Rasulullah saw ketika baginda didatangi seorang mukmin, bertepatan dengan waktu baginda berdakwah kepada salah seorang pembesar musyrikin dan baginda tidak bersikap ramah dengan orang mukmin tadi.

Abu Nu’aim meriwayatkan dari Anas r.a yang berkata, “Bahawa Rasulullah s.a.w adalah termasuk orang yang lemah-lembut. Demi Allah, baginda tidak menolak ketika hamba lelaki mahupun perempuan atau anak kecil yang memberi air, meskipun pada pagi hari yang sangat dingin, baginda tetap membasuh muka dan kedua lengannya. Bila ada yang bertanya, baginda mendekatkan telinganya. Baginda tidak akan menghentikan sebelum orang yang bertanya habis bertanya. Tidak seorang pun menerima huluran tangan baginda kecuali baginda yang menghulurkannya terlebih dahulu untuk bersalam dan baginda tidak akan melepaskannya sebelum orang itu melepaskan tangannya terlebih dahulu.”

Dari Anas r.a ia berkata, “Bahawa apabila Rasulullah s.a.w berjabat tangan atau ada orang mengajaknya berjabat tangan, maka baginda tidak melepaskan tangannya terlebih dahulu. Apabila berhadapan wajah, baginda tidak mengalihkan wajahnya sehinggalah orang yang berhadapan dengan baginda mengalihkannya terlebih dahulu. Dan bahagian hadapan lututnya tidak akan kelihatan ketika duduk berhadapan dengan seseorang.” (Dirawayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah)



Kelembutan Rasulullah s.a.w

Rasulullah s.a.w memiliki sifat kelembutan sebagaimana sifat-sifat yang lain secara sempurna. Baginda marah demi kebenaran apabila hal-hal yang haram dilanggar. Kemarahannya bukan tidak berdasarkan atas suatu hal. Kemarahannya dimaksudkan untuk membanteras kebatilan sehingga lenyap.

Selain itu, baginda sebagai contoh yang lemah lembut. Baik terhadap orang bodoh yang tidak tahu etika berbicara mahupun kepada orang yang hendak mencelakai baginda tetapi masih terbuka kemungkinan untuk diperbaiki. Kita akan mendapati kelembutan baginda sangat mempesona melebihi batas yang digambarkan manusia. Terutama bagi kelembutan ini diiringi dengan kemampuan untuk berbuat tegas dan keras.
 

AQIDAH

Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi) :
Kata "‘aqidah" diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth(ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam(penguatan), at-tawatstsuq(menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah(pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan al-itsbaatu(penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin(keyakinan) dan al-jazmu(penetapan).
"Al-‘Aqdu" (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut diambil dari kata kerja: " ‘Aqadahu" "Ya'qiduhu" (mengikatnya), " ‘Aqdan" (ikatan sumpah), dan " ‘Uqdatun Nikah" (ikatan menikah). Allah Ta'ala berfirman, "Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja ..." (Al-Maa-idah : 89).
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id. (Lihat kamus bahasa: Lisaanul ‘Arab, al-Qaamuusul Muhiith dan al-Mu'jamul Wasiith: (bab: ‘Aqada).
Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah; baik itu benar ataupun salah.
Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)
Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidka tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang yang  menyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya; yang tidak menerima keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah, karena orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.

Aqidah Islamiyyah:
Maknanya adalah keimanan yang pasti teguh dengan Rububiyyah Allah Ta'ala, Uluhiyyah-Nya, para Rasul-Nya, hari Kiamat, takdir baik maupun buruk, semua yang terdapat dalam masalah yang ghaib, pokok-pokok agama dan apa yang sudah disepakati oleh Salafush Shalih dengan ketundukkan yang bulat kepada Allah Ta'ala baik dalam perintah-Nya, hukum-Nya maupun ketaatan kepada-Nya serta meneladani Rasulullah SAW.

Aqidah Islamiyyah:
Jika disebutkan secara mutlak, maka yang dimaksud adalah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, karena itulah pemahaman Islam yang telah diridhai oleh Allah sebagai agama bagi hamba-Nya. Aqidah Islamiyyh adalah aqidah tiga generasi pertama yang dimuliakan yaitu generasi sahabat, Tabi'in dan orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Nama lain Aqidah Islamiyyah:
Menurut Ahlus Sunnah wal Jama'ah, sinonimnya aqidah Islamiyyah mempunyai nama lain, di antaranya, at-Tauhid, as-Sunnah, Ushuluddiin, al-Fiqbul Akbar, Asy-Syari'iah dan al-Iman.
Nama-nama itulah yang terkenal menurut Ahli Sunnah dalam ilmu ‘aqidah.
Sumber: Diadaptasi dari Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari, Al-Wajiiz fii Aqiidatis Salafis Shaalih (Ahlis Sunnah wal Jama'ah), atau Intisari Aqidah Ahlus Sunah wal Jama'ah), terj. Farid bin Muhammad Bathathy(Pustaka Imam Syafi'i, cet.I), hlm. 33-35.

MENGKAJI DAN BELAJAR ILMU FIQIH

THAHARAH (Bersuci)

Bersuci

Dalam hukum islam ,soal bersuci dan segala seluk-beluknya termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting,terutama karena di antara syarat-syarat shalat telah di tetapkan bahwa seseorang yg akan mengerjakan shalat,wajib suci dari hadats dan suci pula badan,pakaian dan tempatnya dari najis.(lihat:Surat Albaqarah ayat;222)

Urusan bersuci meliputi beberapa perkara sebagai berikut:

A. Alat bersuci,seperti air,tanah, dan sebagainya.

B. Kaifiat (cara) bersuci.

C. Macam dan jenis2 najis yg perlu di sucikan.

D. Benda yang wajib di sucikan.

E. Sebab2 atau keadan yang menyebabkan wajib bersuci.

Bersuci ada 2 bagian

1. Bersuci dari hadats.Bagian ini tentu dgn badan;seperti mandi,wudlu, dan tayamum.

2. Bersuci dari najis.Bagian ini berlaku pada pakaian dan tempat




Mandi sunnah

Mandi sunnah ialah apabila di lakukan akan mendapt pahala,tapi jika tidak di lakukan tidak apa-apa (tidak berdosa)

Adapun mandi sunnah sebagai berikut:

1. Mandi hari jum'at, bagi yang mau melaksanakan shalat jum'at

2. Mandi Hari Raya Idulfitri dan Hari Raya Iduladha

3. Mandi orang yang baru sembuh dari gila.

4. Mandi ketika hendak ihram haji atau umrah.

5. Mandi sehabis memandikan jenazah.

6. Mandi orang kafir setelah memeluk agama islam.


Sunnat-sunnat mandiSunnat-sunnat mandi

Sunnat-sunnat mandi di antaranya:

1. Membaca basmallah pada permulaan mandi.

2. Berwudlu' sebelum mandi.

3. Menggosok-gosok seluruh badan dengan tangan.

4. Mendahulukan yang kanan dari pada kiri.

5. Berturut-berturut

Fardlu (rukun) mandi

Fardlu-fardlunya (rukun) mandi adalah:

1. Niat.
Orang yang junub hendaklah berniat (menyengaja) menghilangkan hadats junubnya, perempuan yang baru habis (selesai) haidh, hendaklah berniat menghilangkan hadats kotoranya dan seterusnya.

2. Menyampaikan air (dengan mengalirkan,mengguyurkan) ke seluruh badan atau tubuh.

Mandi dan sebab wajib mandi

Mandi wajib adalah mengalirkan atau mengguyurkan air ke seluruh badan.

Hal-hal yang menyebabkan wajibnya mandi adalah:

1.Bersetubuh atau melakukan hubungan sex, walaupun keluar mani ataupun tidak mengeluarkan mani.

2.Keluar mani, baik keluarnya mani karena mimpi, atau sebab lain dengan sengaja ataupun tidak sengaja, dengan perbuatan sendiri atau bukan.

3.Mati. Orang islam yang mati, fardlu kifayah atas muslimin yang hidup memandikannya,terkecuali orang yang mati syahid.

4.Haidh. Apabila seorang perempuan telah berhenti dari kain kotor,ia wajib mandi agar ia dapat shalat dan dapat campur dengan suaminya.

5.Nifas. Yang di namakan nifas ialah darah yang keluar dari kemaluan perempuan sesudah melahirkan anak.Darah itu darah haidh yang berkumpul tidak keluar sewaktu perempuan itu mengandung.

6.Melahirkan, baik anak yang di lahirkan itu cukup umur ataupun tidak, seperti keguguran.

KETENANGAN HIDUP BAGI HAMBA YANG RAJIN BERDZIKIR



     Telah kita ketahui bahwa berdzikir merupakan amalan yang mulia dan bernilai tinggi Rabbul ’Izzah. Dengan berdzikir, seorang hamba akan memperoleh banyak keutamaan. Untuk menghasung kita agar memberbanyak Dzikir, berikut ini akan disebutkan beberapa keutamaan berdzikir :

1. Berdzikir akan mengusir setan, menundukannya dan membentengi diri darinya. Allah SWT berfirman ”Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya” ( Al-A’raf:201).
2.Berdzikir akan memberikan kebahagiaan dan ketenangan bagi hati seorang hamba, Sebagaimana Allah SAW berfirman ” Orang-orang yang beriman dan menjadi tenang hati-hati mereka dengan berdzikir kepada Allah, ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah hati akan tenang” (Ar-Rad: 28).
3.Dzikir adalah amalan yang ringan dan mudah untuk dilakukan namun besar pahala dan ganjarannya, Hal ini tampak dalam beberapa hadist berikut ini : Abu hurairah radhiyallahu anhu berkata : Rasulullah SAW bersabda ” Siapa yang mengucapkan : ” La ilaha illallah wahdahu la syarikalah. Lahul mulku walahul hamdu wa huwa ’ala kulli syay’in qadir” dalam sehari sebanyak seratus kali, maka ganjaran baginya seperti membebaskan sepuluh budak, Dicatat untuknya seratus kebaikan, dihapus darinya seratus kesalahan dan ia mendapatkan perlindungan dar setan pada hari tersebut hingga sore hari. Tidak ada seorang pun yang melakukan amalan yang lebih afdhal darinya terkecuali bila ada orang yang mengamalkan lebih banyak dari apa yang diamalkannya” (HR. Al-Bukhari no.3293, 6403 dan Muslim no. 6783).
4.Banyak berdzikir kepada Allah SWT merupakan jaminan keamanan dari kemunafikan .
5.Dzikir merupakan tanaman surganya Allah.
6.Orang yang berdzikir kepada Allah SWT akan mendapatkan Safa’at Allah SWT dan para malaikat-Nya.


Demikian keutamaan Dzikir yang dapat kami sampikan dan masih banyak keutamaan yang lain
HIASAN AKHLAK MULIA

Allah SWT telah menghendaki Islam menjadi ajaran yang kekal, penutup ajaran-ajaran sebelumnya. Ia diperuntuhkan bagi seluruh manusia dengan bermacam perbedaan yang ada pada mereka, baik waktu, tempat, warna kulit, dan kebangsaan. Allah menjadikan kekhususan dan keistimewaan yang banyak sekali di dalam Islam, sempurna lagi menakjubkan senantiasa dan benar-benar sesuai dengan kondisi di setiap zaman dan tempat. Semua ini berkat karunia Allah SAW yang membimbing hamba-hamba-Nya menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, kehidupan yang aman dan tentram lahir-batin, demi mencapai hakekat kemuliaan hidup yang sempurna.


Akhlak yang mulia merupakan asas yang dipegang dalam Islam dalam rangka membina umat dan memperbaiki masyarakat.  Hal itu dikarenakan bersih dan kokohnya bangunan masyarakat, serta tinggi dan mulianya kedudukan anggotanya tergantung pada sejauh mana mereka berpegang kepada akhlak yang mulia, sebagaimana pula jatuh dan rusaknya suatu masyarakat manakala mereka meninggalkan akhlak yang mulia.

Nabi SAW mengejewantahkan dalam kehidupan sehari – hari beliau dan menunjukan kepada umatnya bagaimana berakhlak dengan akhlak yang terpuji. Rosulullah SAW merupakan suri tauladan bagi umatnya dalam segala aspek kehidupan. Bagaiman kemuliaan akhlak beliau sebagai seorang pemimpin, panglima perang, seorang bapak,suami anak dan lainnya. Bukan suatu yang mustahil dan tidak mungkin seseorang mencontoh akhlak beliau.

Firman Allah,  ” Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Ahzab: 21 )


Bagaimana Cara Shalat Tahajjud




tahajjud
“Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji.” (QS : Al-Isro’ : 79)
SHALAT Tahajud adalah shalat sunah yang dikerjakan pada waktu malam, dimulai selepas isya sampai menjelang subuh dan dikerjakan setelah tidur atau terbangun dari tidur.
Shalat Tahajud juga adalah shalat sunah yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW sepanjang hidupnya.

Pembagian Waktu Tahajud 
Sepertiga malam, kira-kira mulai dari jam 19.00 sampai jam 22.00
Sepertiga kedua, kira-kira mulai dari jam 22.00 sampai dengan jam 01.00
Sepertiga ketiga, kira-kira dari jam 01.00 sampai dengan masuknya waktu subuh.
Abu Muslim bertanya kepada sahabat Abu Dzar : “Di waktu manakah yang lebih utama kita mengerjakan sholat malam?”
Sahabat Abu Dzar menjawab : “Aku telah bertanya kepada Rosulullah SAW sebagaimana engkau tanyakan kepadaku ini.” Rosulullah SAW bersabda :
“Perut malam yang masih tinggal adalah 1/3 yang akhir. Sayangnya sedikit sekali orang yang melaksanakannya.” (HR Ahmad)
Bersabda Rasulullah SAW :
“ Sesungguhnya pada waktu malam ada satu saat ( waktu. ). Seandainya seorang Muslim meminta suatu kebaikan didunia maupun diakhirat kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan memberinya. Dan itu berlaku setiap malam.” ( HR Muslim )

Tata Cara Shalat Tahajud
1. Berniat untuk mengerjakan shalat tahajud
2.  Raka’at pertama membaca surah Al Fatihah, setelah itu di lanjut dengan Bacaan/surah lain yang Anda   sudah hafal
3. Pada raka’at selanjutnya lakukan seperti raka’at pertama
4. Salam
Jumlah rakaat pada shalat tahajud tidak terbatas, mulai dari 2 rakaat, 4, dst. [rd]

KEUTAMAAN SHOLAT SUBUH BERJAMAAH




KEUTAMAAN SHOLAT SUBUH BERJAMAAH





Diantara sholat yang ada sholat subuh adalah sholat yang mengawali hari kita. ia adalah sholat yang paling penting yang harus dijaga betul pelaksanaannya, sebab tidak semua orang bisa konsisten, bahkan sholat ini terasa berat bagi orang – orang munafik.
” Sholat yang paling berat bagi orang – orang munafik adalah sholat isya’ dan sholat subuh.”

Sholat subuh berjamaah adalah tolak ukur sejauh mana kejujuran dan keimanan seorang muslim. Di dalam sebuah riwayat shahih bahwa ibnu umar ra pernah berkata : ”Ketika kami tidak melihat seseorang dalam sholat subuh atau isya’ kami langsung berprasangka buruk kepadanya.”

Ini wajar mengingat sholat – sholat lain selain subuh dan isya bisa dilakukan oleh seseorang dengan mudah karena waktunya bertepatan dengan saat bekerja dan terjaga. Oleh karena itu tidak ada yang mampu konsisten menjaga sholat isya’ dan subuh secara berjamaah selain orang beriman yang diharapkan ada kebaikan muncul darinya.

Karena hal tersebut diatas, maka banyak keutamaan yang didapatkan dari sholat subuh berjamaah diantaranya sebagai berikut :

1.            Sholat subuh adalah faktor dilapangkannya rizki seorang hamba walau sezuhu apapun dan sangat tidak peduli dengan urusan dunia, ia tetap senang kalau lapang rizkinya minimal mencukupi kebutuhan dirinya sendiri untuk menyelamatkan muka dari hinanya meminta – minta. Dan demi Allah untuk mencapai ini jalannya adalah menaati Allah.



2.            Sholat subuh menjaga diri seorang muslim ”barang siapa yang melaksanaka sholat subuh maka ia berada dalam jaminan Allah, maka jangan sampai Allah menarik kembali jaminan-Nya dari kalian sebab apapun. Karena siapapun yang Allah cabut jaminan-Nya darinya dengan sebab apapun pasti akan tercabut.kemudian Allah akan telungkupkan wajahnya dalam neraka jahannam.

3.            Sholat subuh sama dengan sholat malam semalam suntuk alangkah besar keutamaan yang Allah berikan kepada umat ini. Allah wajibkan sholat malam dalam firman Allah yang artinya ”Wahai orang – orang yang berselimut bangunlah untuk sholat dimalam hari kecuali sedikit”
4.            Sholat subuh tolak ukur keimanan orang yang mengaku beriman tidak perlu sulit – sulit mengetahui kadar keimanannya, ia cukup mengukurnya dengan sholat subuh untuk mengetahui apakah dirinya termasuk jujur dalam beriman ataukah berdusta, apakah ia beriman diatas keikhlasan ataukah riya ( ingin mendapat pujian ).
5.            Sholat subuh adalah penyelamat dari neraka Nabi SAW bersabda : ”Tidak akan masuk neraka orang yang melaksanakan sholat sebelum matahari terbit dan sebelum tenggelamnya.” ini adalah ketetapan yang mulia bahwa siapa yang memelihara  pelaksanaan sholat subuh dan ashar maka dia tidak akan masuk neraka dengan izin Allah.
6.            Sholat subuh adalah penyebab orang masuk surga Nabi SAW bersabda : ” Siapa yang melaksanakan dua sholat bardain dia masuk surga .” Sholat bardain adalah sholat subuh dan ashar disebut Al Bardain ( dua waktu dingin ) karena keduanya dilaksanakan pada waktu dinginnya siang, tepatnya pada kedua ujung siang ketika suasana teduh dan tidak ada terik panas.
7.            Sholat subuh bisa mendatangkan nikmat berupa bisa melihat wajah Allah yang mulia ”Apabila penghuni surga telah memasuki surga, Allah berfirman,’Apakah kalian ingin aku beri tambahan ?’mereka menjawab bukankah engkau telah memutihkan wajah – wajah kami ?bukankah engkau telah memasukan kami ke dalam surga ? dan engkau selamatkan kami dari neraka ? Rasullulah melanjutkan,” kemudian dibukalah takbir  maka tidak ada lagi nikmat yang lebih besar daripada daripada nikmat bisa melihat Rabb mereka.

8.            Sholat subuh adalah suatu syahadah khususnya bagi orang konsisten memeliharanya ”Malaikat – malaikat siang bergantian mendampingi kalian dengan Malaikat – malaikat malam, dan mereka berkumpul pada waktu sholat subuh dan ashar setelah malaikat yang menjaga kalian naik ke langit. Lalu Allah bertabya kepada mereka ’Bagaimana kalian tinggalkan hamba-hambaKu ?’ mereka menjawab ’kami meninggalkan mereka dalam keadaan sholat dan kami datang kepada mereka ketika mereka sholat.
9.            Sholat subuh adalah kunci kemenangan ”Bahawa Rasullulah apabila hendak mnyerbu suatu kaum, beliau menundanya hingga tiba waktu subuh.
10.          Sholat subuh lebih baik daripada dunia seisinya ”Dua rakaat sholat subuh lebih baik daripada dunia dan seisinya.